Forex Indonesia

Monday, February 16, 2009

Fenomena PRT sekarang

Si mbak, pengasuh, asisten, atau apapun itu sebutannya sangat berarti kehadirannya bagi ibu-ibu terutama bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Sebuah profesi yang cukup tua yang hadir seiring dengan kemajuan pertumbuhan ekonomi dan budaya tertentu suatu daerah. Keberadaannya tak dapat diabaikan dan semakin terasa penting di saat mereka tidak ada di sekitar kita. Ingat saja saat-saat mereka pulang mudik lebaran, kedatangannya begitu dinanti. Ada kelegaan tersendiri mendengar suara mereka pulang dari kampung. Ayah dan Ibu bernafas lega dan berseri-seri, anak-anak tersenyum lebar, si pleki pun tampak gembira. Mereka pihak-pihak yang merasakan dampak ketidakhadiran si mbak. Belum termasuk tanaman-tanaman dan benda-benda mati lainnya yang minus sentuhan si mbak selama berada di kampung. Eksistensi profesi yang mengagumkan.

Si Mbok, bi Amah adalah orang-orang yang tak pernah bisa terlupakan sampai di usia sekarang ini. Mereka adalah sosok yang tak bisa dikesampingkan dalam sejarah hidupku. Aku tumbuh bersama dengan keberadaan mereka. Bi Amah dengan balutan kebaya dan kain panjangnya serta si Mbok dengan daster bunga-bunganya adalah sosok yang telaten, konsisten dan sederhana, tidak neko-neko. Pengabdiannya tidak dapat diukur dengan nilai materiil.

Saat ini agak sulit mencari sosok seperti contoh di atas. Coba tengok sosok dan style si mbak, sungguh jauh berbeda dengan gambaran Mbok dan Bi Amah. Penampilan trendi bahkan ada yang sudah tidak canggung menonjolkan lekuk tubuh. Hiburannya pun tidak lagi melulu lagu dangdut, tetapi infotainment dan sinetron. Si mbak hapal betul jadwal tayangnya di tiap stasiun. Tidak hanya itu, pesatnya kemajuan teknologi dalam berkomunikasipun turut mempengaruhi gaya hidup si mbak. Kebutuhan berkomunikasi dengan komunitasnya ini tergambar dengan begitu lihainya mbak dalam menggunakan handphone. Jadi jangan heran jika si mbak menyapu sambil menelpon, memasak sambil menelpon, menggendong anak sambil menelpon, dan melakukan kegiatan-kegiatan lain sambil terus memantau SMS yang masuk. Masih untung mandi tidak sambil bawa HP. Mungkin kesibukan menerima dan melakukan panggilan handphone ini tidak kalah dengan seorang caleg.

Gencarnya penggunaan handphone ini dipengaruhi pula oleh gencarnya iklan dan tontonan televisi. Para provider yang berlomba-lomba dengan iklan pulsa hematnya pada jam-jam tertentu juga semakin memperparah kebiasaan ini. Akhir-akhir ini banyak ibu-ibu yang mengeluh terganggu dengan kebiasaan menelpon si mbak yang dilakukan tengah malam sampai dengan subuh. Jadi tengah malam sampai dengan subuh tak lagi hanya milik pencinta sepertiga malam untuk tahajud atau pak satpam yang keliling perumahan tapi juga milik komunitas mbak-mbak dan mas-mas. Kebiasaan ini bukan hanya mengganggu dari segi suara yang keras di tengah malam yang hening juga berpengaruh terhadap kondisi tubuh si mbak di pagi harinya. Saat-saat prime time, dimana kehadiran dan konsentrasi penuhnya dibutuhkan tapi justru tubuh lemas dan ngantuk yang ada. Bahkan kadang-kadang instruksi A bisa diaplikasikan B, atau malah tertidur di sela-sela pekerjaan yang belum selesai. Tentu saja hal ini membuat kening ibu-ibu berkerenyit…… Bisa gawat kalau menyangkut pengasuhan balita, jenis dan dosis obat bisa salah, dan yang lebih parah kesabaran menghadapi balita bisa terganggu karena mengantuk dan tubuh memerlukan istirahat.

Kemajuan teknologi yang juga menyentuh lapisan tertentu dalam masyarakat ini bisa dipandang positif dari sisi lain. Seperti ada pendapat yang bilang, itu kan satu-satunya hiburan mereka supaya tidak stress menghadapi majikan yang bawel. Tetapi masalahnya apakah dampak lain dari kemajuan teknologi ini telah dipikirkan pula. Kesiapan mental sepatutnya dipertimbangkan bila tidak ingin hanya menyeret mereka pada budaya konsumerisme. Konsumerisme dapat mengganggu kestabilan dalam menentukan skala prioritas. Misalnya berapa persenkah maksimal dikeluarkan untuk pembelian pulsa demi menghasilkan pembicaraan yang kontra produktif supaya signifikan dengan tingkat pendapatannya. Alangkah baiknya justru prosentase untuk peningkatan skill diperbesar, misalnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan yang akhirnya justru dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Tapi mungkin saja si mbak akan berkomentar, “Gitu aja kok repot bu… wong duit-duit saya yang buat beli pulsa, yang ngantuk dan lemes juga saya… bukan panjenengan…” Duh, kemajuan teknologi memang seringkali membuat kita terkaget-kaget dan melongo …

Sumber : kutipan

No comments:

Post a Comment