Forex Indonesia

Monday, March 16, 2009

Majikan Cemas PRT Tak Kembali

Majikan di Surabaya umumnya khawatir pembantu rumah tangga atau PRT tidak kembali setelah libur Lebaran. Mengantisipasi tidak kembalinya PRT, majikan memesan kepada keluarga yang berada di desa.

Umumnya PRT mengaku siap datang setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri di desa asal, sejak minggu ketiga September. Namun sebagian besar PRT memang kembali ke Surabaya, tetapi tidak ke rumah majikan lama.

Rahayu (28),seorang karyawati yang sangat membutuhkan PRT mengungkapkan, PRT menolak kembali ke majikan lama karena sudah bertemu teman-temannya di desa. "Biasalah, mereka membicarakan soal upah. Karena tawaran dari rekan-rekan lebih menarik, mereka akhirnya memilih majikan baru yang tempat tinggalnya dekat baik dari rumahnya ataupun dari rumah teman sedesa, " katanya.

Saat ini besaran upah PRT di Kota Surabaya yang tinggal permanen bersama keluarga minimal Rp 300.000 per bulan. Sedangkan upah bagi PRT yang hanya datang untuk cuci, setrika dan membersihkan rumah Rp 200.000 per bulan.

Besaran upah tersebut menurut Lusi (45), yang tinggal di kawasan Kutisari, berlaku bagi PRT tanpa pengalaman. "PRT yang sudah berpengalaman ada yang mematok Rp 500.000 per bulan, " kata ibu dari tiga anak tersebut.

Sulitnya mendapatkan PRT, mendorong masyarakat untuk menggunakan jasa PRT yang hanya datang saat bekerja. "Saya sudah memiliki seorang pembantu, tapi karena punya bayi butuh pembantu khusus cuci dan setrika, dan tak perlu tinggal di rumah, " kata Ria (35), guru SMU di kawasan Lakarsantri.

Sulitnya memperoleh PRT juga diakui Gandi (36), ayah dari dua anak yang bersama istri juga bekerja. "Saya sudah kontak PRT lama, katanya datang, tapi kok belum tiba juga. Tanpa PRT sulit untuk mengurus anak, karena semua bekerja, " keluhnya.

Untuk mendapatkan PRT, pengguna di Surabaya jarang menggunakan agen, kecuali untuk tenaga pengasuh bayi. PRT umumnya dibawa oleh rekan sesama PRT sekampung. Cari lewat agen juga susah, sudah bayar, belum tiga bulan minta pulang dengan berbagai alasan. "Paling aman PRT yang datang langsung dari desa, dengan identitas lengkap," ujar Lusi, yang sudah hampir enam bulan tidak menggunakan tenaga PRT.

Sementara itu, Magda seorang penyedia jasa PRT mengaku kesulitan mencari calon karyawan. Sebelum lebaran, ia mendapatkan pesanan 10 calon PRT dan 10 calon baby sitter. Namun hingga sekarang belum ada calon karyawan yang berminat.

Menurut Magda, permintaan masyarakat terhadap PRT rata-rata sekitar 15 karyawan per minggu "Setelah hari raya diperkirakan muncul calon-calon karyawan, seperti dari Bojonegoro, Blitar, dan Ponorogo, " ungkapnya.

Setiap mendapatkan seorang calon PRT, Magda mendapatkan uang jasa Rp 50.000 per orang. Sementara itu, untuk para calon baby sitter ia mewajibkan mereka untuk membayar uang seragam Rp 100.000 per orang.

Dalam sebulan, Magda hanya mampu menyediakan sekitar empat calon pembantu rumah tangga atau baby sitter. Mereka kemudian disalurkan ke berbagai daerah, antara lain Surabaya, Malang, dan Probolinggo.

Urbanisasi

Memasuki arus balik Lebaran kali ini, laju urbanisasi di Kota Surabaya diperkirakan melonjak. Karena itu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispenduk) Kota Surabaya akan melakukan pendataan penduduk baru hingga ke tingkat Kecamatan, Kelurahan, dan RT/RW. Penduduk baru yang tidak memiliki kejelasan tujuan dan tempat tinggal akan dikembalikan ke daerah asalnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya Ismanu mengatakan, untuk mendata masuknya pendatang baru di Surabaya, Dispenduk akan menggelar Operasi Yustisi. Operasi tersebut akan dipusatkan di beberapa kecamatan berpenduduk padat, seperti Kecamatan Sawahan, Tambaksari, Rungkut, dan Wonokromo. Dalam operasi tersebut, warga yang terbukti tidak memiliki tujuan, kemampuan,pekerjaan, dan tempat tinggal yang jelas akan dipulangkan.

Sumber : kompas

No comments:

Post a Comment