Forex Indonesia

Thursday, November 13, 2014

Pura-pura Jadi PRT, Komplotan Ini Mencuri Harta Majikannya

Warga kini diminta untuk lebih berhati-hati dalam mempekerjakan pembantu rumah tangga. Sebab, ada sebuah komplotan yang sengaja berpura-pura menawarkan diri sebagai pembantu, tetapi akhirnya menggasak harta majikannya sendiri.

Seperti yang dilakukan oleh kelompok ini, dengan tersangka Y (40), A (29), dan S (38). Mereka bertiga telah merencanakan untuk mencuri barang-barang berharga yang ada di rumah majikannya.[Baca: PRT Pembunuh Bunuh Anak Majikan Disebut Tetangganya Punya Kelainan Jiwa]

"Modusnya memasukkan satu orang jadi PRT. Setelah beberapa hari, orang itu melihat situasi dan menginformasikan kepada rekannya di luar," kata Direskrimum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Heru Pranoto di Mapolda Metro Jaya, Selasa (28/10/2014).

Heru menjelaskan bahwa yang bertugas sebagai pembantu adalah S, tersangka perempuan. S yang baru bekerja tiga sampai empat hari ini bertugas mengamati keadaan dan kondisi rumah, termasuk jadwal kepergian majikannya saat ada kegiatan di luar rumah.

Aksi mereka dilakukan pada Sabtu (11/10/2014) lalu sekitar pukul 22.00 WIB. Kondisi rumah majikan S yang sudah dipastikan kosong di Kelapa Gading, Jakarta Utara, langsung dikabarkannya kepada Y dan A. [Baca: Perhiasan yang Dicuri Pembantu di Menteng Senilai Rp 1 Miliar]

Mereka berdua pun telah menyiapkan alat seperti linggis untuk membongkar kamar dan lemari di rumah korban. Dari aksi tersebut, para tersangka berhasil mencuri tiga smartphone, beberapa macam perhiasan dan berlian, dua notebook dan laptop, dua jam tangan, dan uang tunai sebesar Rp 2 juta.

Total kerugian pun yang dialami oleh korban diperkirakan sebesar Rp 100 juta. Ketiga tersangka saat ini sudah mendekam di rumah tahanan Polda Metro Jaya. Mereka dikenakan Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang pencurian dengan pemberatan dan diancam hukuman penjara maksimal selama tujuh tahun.


Sumber : Kompas

Jangan Ragu Ajak "Selfie" Pembantu Rumah Tangga!

Kasus kejahatan yang dilakukan oleh pembantu rumah tangga akhir-akhir ini semakin marak. Sudah sewajarnya masyarakat yang menggunakan jasa pembantu rumah tangga harus semakin berhati-hati dalam menerima orang baru di rumah. Asal-usul mereka harus jelas. 

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto bahkan mengatakan agar jangan sungkan-sungkan meminta foto kepada pembantu baru, bahkanselfie sekalipun. 

"Minta foto. Kalau perlu selfie sekalian. Ini penting supaya adarecord," ujar Rikwanto, di Mapolresta Bekasi Kota, Rabu (12/11/2014). [Baca: Ketika Akan Dibunuh Pembantunya, Jason Sempat Memohon Ampun] 

Record yang dimaksud Rikwanto adalah rekam jejak sang pembantu. Hal itu supaya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tindak kriminal, majikan memiliki foto dan informasi seputar identitas pembantu yang akan sangat membantu polisi. 

Alamat rumahnya, kampung halaman, riwayat pendidikan, dan nomor telepon kerabatnya menjadi beberapa hal yang harus diketahui majikan. Rikwanto menyarankan kepada masyarakat agar mengambil pembantu dari penyalur resmi dan tepercaya, bukan dari kenalan orang-orang tidak jelas. 

Biasanya, pembantu dari penyalur akan lebih baik karena memiliki data-data pekerjanya secara lengkap. "Lebih baik dari tempat penyaluran pembantu, jadi kalau ada komplain, bisa langsung ke sana," ujar Rikwanto. 

Imbauan-imbauan tersebut berkaitan dengan peristiwa dibunuhnya Jason Matthew Simanjuntak. Balita berumur 3,5 tahun itu dibunuh oleh pembantu rumah tangganya, Sartinah alias Kartinah alias Tinah. 

Sartinah membunuh Jason dengan sadis, yaitu dengan cara membekap dan menyayat pergelangan tangannya. Alasannya terbilang sepele, Jason disebut-sebut anak yang nakal. 

Kejadian kriminal yang melibatkan pembantu sebagai tersangka utamanya juga terjadi di tempat lain, misalnya saja di Menteng, Jakarta Pusat. Di sana, seorang pembantu mencuri harta majikannya senilai Rp 1 miliar. 

Pembantu itu pergi begitu saja setelah mencuri barang-barang majikannya. Majikannya pun sempat kesulitan memberi informasi karena tidak mengetahui identitas si pembantu secara lengkap.

Sumber : Kompas